Lembah
Sungai Nil yang subur telah melahirkan peradaban Mesir Kuno. Peradaban
tersebut berlangsung sejak sekitar tahun 3500 SM sampai 343 SM. Hal ini
diketahui melalui penemuan sebuah batu tulis di daerah Rosetta oleh
pasukan Prancis yang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte. Batu tulis
tersebut berhasil dipaca oleh seorang Prancis yang bernama Jean Francois Champollion (1800 M) sehingga sejak tahun itu terbukalah tabir sejarah Mesir Kuno yang berasal dari tahun 3500 SM.
Sungai
Nil bersumber dari suatu mata air yang tertelak jauh di daratan tinggi
Afrika Timur. Sungai Nil mengalir ke utara dan setiap tahun mendatangkan
banjir. Banjir inilah yang mengubah padang pasir menjadi lembah-lembah
yang subur. Seorang sejarawan dari Yunani bernama Herodotus menjuluki
daerah Mesir sebagai daerah hadiah dari Sungai Nil. Di muara Sungai Nil
terdapat suatu delta yang luas dan situlah terletah kota-kota penting,
seperti Kairo, Iskandarja, Abusir, dan Rosetta.
Sistem Pemerintahan, Kepercayaan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Peradaban kuno di Afrika - Sistem Pemerintahan
Sebagai
kawasan yang berbasis pertanian besar, Mesir Kuno dipimpin oleh seorang
Firaun. Di daerah-daerah terdapat 20 provinsi yang masing-masing
dipimpin oleh seorang gubernur.
Firaun Mesir Kuno berperan sebagai Raja Dewa (God Kings).
Baru pada tahun 2133 SM, Firaun hanya diakui sebagai "keturunan dewa"
saja. Pada mulanya, Mesir terbagi menjadi dua, yaitu Mesir Bawah
(Hilir/Utara) dengan ibu kota di Memphis dan Mesir Atas (Hulu/Selatan)
dengan ibu kota di Thebe. Sejak Firaun Menes dari Wangsa I
(3100-2890 SM) berkuasa, kedua Mesir dapat disatukan. Penyatuan ini
ditandai dengan mahkota yang dikenakan Menes berupa mahkota bersusun
dua. Pehyatuan Menes ini oleh penerusnya dikembangkan dengan ekspansi ke
Sudan, Nubia dan Libya.
Pada masa kekuasaan Wangsa lll (2686-2613 SM), pemerintahan dipegang oleh Firaun Joser. Saat itu, Mesir berhasil menguasai daerah Nubia Hilir.
Pada masa pemerintahan Wangsa IV (2613-2494 SM), ada beberapa Firaun yang menonjol di antaranya Khufu, Khafre, dan Menkaure.
Pada waktu itu, Mesir berperang dengan Nubia dan Libya. Pada tahun
1674-1567 SM, Mesir diserang dan dikuasai oleh bangsa Hyksos.
Selanjutnya Ahmosis I dari Wangsa XVIII (1567-1320 SM) berhasil mengusir bangsa Hyksos dan mengembalikan kemerdekaan dan kejayaan Mesir. Firaun Thutmosis lll memperluas kekuasaan Mesir sampai dengan tepi Sungai Eufrat.
Pada masa pemerintahan Wangsa XX
(1200 SM), kejayaan Mesir perlahan-lahan mulai pudar. Beberapa jajahan
Asia melepaskan diri, bahkan tahun 524~04 SM, Mesir dikuasai oleh
Persia. Pada masa pemerintahan Wangsa XXVII (404-398 SM) bangsa Persia dapat diusir dari Mesir dengan bantuan Yunani.
Pada tahun 332 SM, Alexander Macedonia menyerbu ke Asia dan Mesir. Sejak itu Mesir dikuasai Yunani sampai dengan pemerintahan Wangsa Ptolomaeus (dengan rajanya yang terkenal, Cleopatra). Mesir jatuh ke tangan Romawi pada tahun 30 SM.
- Kepercayaan
Kepercayaan
bangsa Mesir bersifat politeisme. Dewa-dewa yang disembah bangsa Mesir,
antara lain, Dewa Amon-Ra (Dewa Bulan Matahari), Dewa Osiris (Dewa
Pengadilan di Akhirat), dan Dewa Isis (Dewa Sungai). Mereka juga percaya
bahwa jiwa seseorang yang mati akan tetap hidup selama jasadnya masih
tetap- utuh. Untuk itu, mayat dibalsem atau diawetkan yang disebut
mummi.
- Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat Mesir Kuno telah dapat
mempelajari dan mengenal tata alam lingkungan tempat tinggalnya.
Masyarakat Mesir Kuno yang hidup dari hasil bercocok tanam memiliki
banyak waktu luang untuk menambah pengetahuan tentang kehidupan baik
yang bersifat material maupun spiritual. Masyarakat Mesir Kuno percaya
bahwa roh (jiwa) orang yang sudah meninggal akan tetap hidup dan
menghuni jasadnya, apabila jasadnya tidak rusak. Oleh karena itu, pada
tubuh orang yang meninggal dimasukkan bermacam-macam ramuan dan
rempah-rempah kemudian dibungkus dengan kain sehingga berbentuk mummi
yang tidak dapat rusak atau membusuk.
Mummi
para bangsawan dan orang kaya disimpan dalam kubur di batu-batu karang,
yang dihiasi dengan lukisan-lukisan pahat, sedangkan mummi raja-raja
disimpan dalam bangunan yang sangat megah disebut piramida. Sistem
pengawetan dan penguburan jenazah tersebut menunjukkan bahwa masyarakat
Mesir Kuno telah mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi.
- Aksara
Bangsa
Mesir Kuno sudah mengenal aksara yang merupakan aksara lambang bunyi
berupa aksara gambar (pictograph) yang disebut aksara hieroglyph
(gambar/ukiran suci). Aksara tersebut ditemukan pada dinding kuburan
para penguasa di Mesir Kuno. Mungkin abjad merupakan sumbangan
masyarakat Mesir yang tidak ternilai harganya bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.
Jenis
aksara hieroglyph merupakan bentuk tertua, kemudian berkembang menjadi
bentuk hieratis dan demotis, yang bentuknya lebih sederhana. Bentuk
hieratis digunakan oleh kaum pendeta sedangkan demotis digunakan oleh
rakyat.
- Astronomi dan Penanggalan
Pada
tahun 2776 SM, masyarakat Mesir Kuno sudah mengenal penanggalan
berdasarkan sistem peredaran matahari. Perlunya sistem penanggalan
dikarenakan orang Mesir Kuno yang hidup dari pertanian, yang pada setiap
tahun harus menanggulangi banjir. Mereka membagi setahun menjadi 12
bulan dan setiap bulan terdiri dari 30 hari. Mereka juga sudah mengenal
adanya tahun kabisat.
Orang-orang
Mesir juga mengenal ilmu astronomi atau ilmu perbintangan yang
berkaitan erat dengan kehidupan pertanian. Misalnya, mereka menggunakan
bintang sebagai patokan untuk menentukan musim atau saat-saat bercocok
tanam dan sebagainya.
- Seni Bangunan
Bangsa
Mesir Kuno sangat terampil membuat bangunan monumental seperti istana,
gedung parapembesar, gudang gandum, bahkan yang paling monumental adalah
bangunan kuil pemujaan bagi dewa-dewa, kuburan para raja, dan piramida.
Kuil
pemujaan kepada dewa-dewa dibangun di daerah hulu Sungai Nil mulai dari
sekitar Thebe dengan cara memahat tebing-tebing batu. Pada awalnya
makam kerajaan hanyalah bangunan seperti panggung dari batu bata yang
disebut mastaba. Akan tetapi, sejak zaman Kerajaan Mesir Kuno, mummi
raja-raja disimpan di dalam piramida dari batu-batu besar. Bangunan
piramida dianggap sebagai "rumah keabadian". Piramida terkenal dari
Mesir Kuno dibangun di kawasan Gizeh sebagai pemakaman bagi, Firaun
Khufu (Cheops), Khafre, dan Menkaure. Di depan piramida-piramida ini
ditempatkan patung-patung sphinx (patung singa berkepala manusia).
- Peninggalan Kebudayaan
- Tulisan Hieroglyph
Huruf
hieroglyph dipergunakan terus-menerus hingga sampai abad ke-5 SM. Akan
tetapi, karena kepercayaan masyarakat Mesir ditindas bangsa Romawi, maka
para pendeta tidak sempat lagi mempelajari huruf hierogiyph, sehingga
akhirnya dilupakan oleh orang Mesir.
- Piramida
Sekitar
tahun 3000 SltA, raja-raja Mesir mulai membangun piramida-piramida.
Piramida yang paling besar adalah piramida Raja Khufu (Cheops). Tinggi
piramida mencapai 137 meter dan di depannya terdapat patung sphinx,
yaitu seekor singa berkepala manusia.
- Ilmu Hitung
Pada
awainya masyarakat Mesir menggunakan ilmu hitung yang sangat sederhana,
khususnya penambahan dan pengurangan. Selanjutnya, dikembangkan
perkalian dan pembagian. Pengetahuan ilmu ukur (geometri) mereka telah
mencapai tingkat keahlfan yang cukup mengagumkan.
- Sphinx
Sphinx
merupakan patung seekor singa berkepala manusia yang didirikan di depan
sebuah piramida. Sphinx merupakan lambang kekuasaan dan pemerintahan
dari seorang raja Mesir yang dimakamkan pada piramida itu.
- Obelisk
Obelisk adalah sebuah tugu batu yang di~irikan oleh masyarakat Mesir untuk memuja Dewa Arnon-Ra (Dewa Bulan-Matahari).
- Mummi
Mummi
adalah jenazah para raja atau bangsawan yang diawetkan. Pembuatan mummi
ini didasarkan pada kepercayaan masyarakat Mesir bahwa jiwa orang yang
telah meninggal akan tetap hidup terus dan berada pada badan jasmaninya
apabila badan jasmaninya tidak rusak.
0 komentar:
Posting Komentar